Zainab binti Jahsy

Zainab binti Jahsy
Oleh Who Muhammad Is Tim
| Komentar

Nama dan Garis Keturunan

Namanya adalah Zainab, dan dia adalah putri Jahsy dan Rabab. Dia adalah sepupu Rasulullah, semoga damai dan rahmat Allah atasnya. Ibunya adalah Ummi Ma'bad, putri Abdul Muttalib, yang berasal dari klan Hashim, dan dia juga merupakan saudara perempuan dari Hamzah bin Abdul Muttalib, semoga Allah meridhoinya. Zainab termasuk di antara para muhajirat awal yang memeluk Islam dan berhijrah demi iman mereka.

Pernikahannya dengan Zaid

Nabi Muhammad, semoga damai dan rahmat Allah atasnya, melamar sepupunya, Zainab binti Jahsy, untuk menikah dengan mantan budaknya yang telah dimerdekakan, Zaid bin Haritsah. Zainab awalnya menolak lamaran ini karena dia menganggap dirinya memiliki garis keturunan yang lebih tinggi daripada Zaid.

Kemudian Allah Yang Maha Tinggi menurunkan ayat: "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata." (Quran, 33:36)

Setelah menerima wahyu ini, Zainab setuju untuk menikah, dan itu adalah rencana ilahi Allah untuk terjadinya pernikahan ini demi hikmah yang mendalam yang hanya diketahui oleh-Nya.

Kisah Pernikahannya dengan Nabi

Zaid bin Haritsah datang kepada Nabi, semoga damai dan rahmat Allah atasnya, mengeluhkan masalah pernikahannya dengan Zainab, semoga Allah meridhoi keduanya. Sebagai tanggapan, Nabi menginstruksikan Zaid untuk mempertahankan pernikahannya dan menasihatinya untuk berdamai dengan Zainab daripada mencari perceraian.

Nabi menyembunyikan perintah Allah, yaitu untuk menikahi Zainab setelah perceraian dari Zaid. Nabi melakukannya karena khawatir apa yang mungkin dikatakan orang, mengingat Zaid telah mengadopsi Zainab, dan Zainab akan menjadi istri dari anak angkatnya di mata masyarakat.

Kemudian, Allah Yang Maha Tinggi menurunkan ayat berikut: "Dan (ingatlah) ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu juga telah memberi nikmat kepadanya, 'Pertahankanlah istrimu dan bertakwalah kepada Allah,' sedang kamu menyembunyikan dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah selesai dari (keperluan terhadap) istrinya (dan menceraikannya), Kami nikahkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak angkat mereka, apabila anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi." (Quran, 33:37)

Tujuan dari perintah Allah untuk pernikahan ini adalah untuk menghapuskan adat dan hukum pra-Islam. Pernikahan Zainab binti Jahsy dengan Nabi, semoga damai dan rahmat Allah atasnya, diatur oleh Allah dan didasarkan pada ketetapan Al-Quran yang jelas yang diwahyukan kepada Nabi-Nya.

Zainab merasa bangga dengan pernikahan ini dibandingkan dengan istri-istri Nabi lainnya. Anas bin Malik, semoga Allah meridhoinya, meriwayatkan: "Dia biasa membanggakan diri kepada istri-istri Nabi lainnya, mengatakan, 'Allah menikahkan aku di langit'".

Hukum yang Timbul dari Pernikahannya dengan Nabi

Hukum yang muncul dari pernikahan Zainab binti Jahsy dengan Nabi Muhammad, semoga damai dan rahmat Allah atasnya, adalah penghapusan adat adopsi dan larangannya, yang telah dipraktikkan selama era pra-Islam.

Nabi Allah, semoga damai dan rahmat Allah atasnya, telah mengadopsi Zaid bin Haritsah. Allah Yang Maha Tinggi bermaksud untuk membatalkan adat ini dengan cara yang paling tegas dan menggunakan pernikahan Nabi, semoga damai dan rahmat Allah atasnya, dengan Zainab sebagai sarana konfirmasi. Pernikahan ini berfungsi sebagai contoh yang kuat untuk menekankan larangan praktik adopsi yang telah lazim sebelum datangnya Islam.

Cinta Nabi kepada Zainab dan Kecemburuan Istri-Istrinya

Nabi Allah, semoga damai dan rahmat Allah atasnya, memiliki cinta yang dalam dan istimewa untuk Zainab, yang terkadang menimbulkan kecemburuan di antara istri-istrinya yang lain. Setiap hari, Nabi mengunjungi Zainab dan makan madu di rumahnya.

Aisyah dan Hafsah, Ummahatul Mukminin, pernah sepakat untuk mengatakan kepada Nabi, semoga damai dan rahmat Allah atasnya, bahwa mereka mencium bau tidak sedap darinya ketika dia mengunjungi mereka. Ketika mereka melakukannya, Nabi menjelaskan bahwa dia hanya makan madu di rumah Zainab dan bersumpah untuk tidak melakukannya lagi.

Ketika Nabi, semoga damai dan rahmat Allah atasnya, melarang dirinya dari madu, Allah Yang Maha Tinggi menurunkan ayat: "Wahai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu, kamu mencari keridhaan istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Quran, 66:1) Allah, dalam ayat ini, dengan lembut menegur Nabi-Nya yang mulia karena mengharamkan dirinya dari madu karena kecemburuan istri-istrinya.

Keutamaan Umm al-Mu'minin Zainab

Umm al-Mu'minin Zainab, semoga Allah meridhoinya, memiliki banyak keutamaan, seperti yang dijelaskan di bawah ini:

Generositas dan Amal: Zainab dikenal karena sering melakukan amal dan memberi. Nabi Allah, semoga damai dan rahmat Allah atasnya, bersaksi atas kemurahan hatinya. Diriwayatkan bahwa beberapa istri Nabi bertanya kepadanya, "Siapa di antara kami yang paling berbudi luhur dan murah hati?" Dia menjawab, "Orang di antara kalian dengan tangan terpanjang." Mereka kemudian mengukur tangan mereka menggunakan tongkat, dan ditemukan bahwa Zainab memiliki tangan terpanjang. Pengukuran ini simbolis dari sifat amal dan pemberiannya.

Menghasilkan Pendapatan Sendiri: Zainab adalah seorang pengrajin terampil dan menghasilkan pendapatannya sendiri melalui pekerjaannya. Dia dikenal karena keahliannya dalam penyamakan dan bordir. Meskipun memiliki kemandirian finansial, dia memilih untuk menghabiskan penghasilannya untuk tujuan amal. Aisyah, Umm al-Mu'minin, bersaksi tentang fakta ini. Aisyah berkata, "Zainab adalah wanita yang biasa bekerja dengan tangannya, menyamak kulit, membuat kerajinan tangan, dan menghabiskan penghasilannya demi Allah, Yang Maha Perkasa dan Mulia."

Karakter Baik: Zainab dikenal karena karakter mulianya. Dia jujur dalam bicaranya, menjaga hubungan keluarga yang kuat, dan dikenal karena kesalehannya. Aisyah, Umm al-Mu'minin, bersaksi atas karakter baiknya. Aisyah menggambarkannya, berkata, "Saya belum pernah melihat seorang wanita yang lebih baik dalam agama daripada Zainab. Dia sangat takut kepada Allah, berbicara jujur, menjaga hubungan keluarga, memberi dengan murah hati dalam amal, dan menunjukkan kerendahan hati yang luar biasa dalam cara dia menghabiskan kekayaannya demi Allah".

Kehidupan Zainab ditandai oleh kesederhanaannya dalam urusan duniawi dan kesungguhannya untuk Akhirat. Dia menunjukkan pengabdian yang tulus kepada imannya dan komitmen yang kuat untuk kesejahteraan orang lain.

Wafatnya Umm al-Mu'minin Zainab

Zainab, Umm al-Mu'minin, meninggal pada tahun 20 Hijriah pada usia 53 tahun. Dia adalah istri pertama Nabi Muhammad yang wafat setelah kematiannya. Umar bin Khattab, semoga Allah meridhoinya, adalah Khalifah Muslim pada waktu itu dan memimpin shalat jenazah untuknya. Dia dimakamkan di pemakaman Al-Baqi di Madinah.

Kategori Istri

Tinggalkan Komentar

Harap jangan menggunakan nama bisnis Anda untuk berkomentar.