Bagaimana Langkah Nabi Muhammad?
Langkah Nabi (Damai Besertanya) Sendiri
Nabi Muhammad (damai besertanya) memiliki langkah yang terbaik. Ia berjalan dengan kerendahan hati, martabat, dan ketelitian. Langkah ini dijelaskan oleh Allah Yang Maha Tinggi dalam firman-Nya: "Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati." Namun, ini tidak berarti malas, lamban, atau lemah dalam berjalan. Nabi (damai besertanya) jauh dari itu. Abdullah ibn Abbas (semoga Allah meridhainya) melaporkan: "Nabi (damai besertanya) biasa berjalan dengan cara yang tidak ada unsur kemalasan."
Langkahnya dipenuhi dengan aktivitas, gerakan, dan kecepatan. Ada banyak riwayat yang menunjukkan hal ini. Ali ibn Abi Talib (semoga Allah meridhainya) melaporkan: "Ketika ia berjalan, ia condong ke depan seolah-olah turun dari lereng." Condong ke depan di sini menunjukkan sedikit kemiringan ke depan. Juga dilaporkan oleh Ali ibn Abi Talib bahwa ia berkata: "Ketika ia berjalan, ia mengangkat kakinya, yang berarti Nabi (damai besertanya) mengangkat kakinya dari tanah dan kemudian menurunkannya, tidak menyeret atau menariknya, menunjukkan kerendahan hati dalam langkahnya." Anas ibn Malik (semoga Allah meridhainya) melaporkan: "Ketika ia berjalan, seolah-olah ia sedang turun." Turun di sini berarti ia mempercepat langkahnya tanpa berlari atau terburu-buru, dan ia tidak berbicara selama waktu itu. Mempercepat langkah ini menunjukkan ketergantungan pada tongkat. Meskipun ia mempercepat langkahnya, itu tidak berarti ia mengganggu dirinya dengan menggerakkan seluruh tubuhnya, sehingga menguras tenaganya. Langkahnya adalah yang paling adil dan moderat. Ia tidak cenderung mengayun dan lamban, juga tidak mengganggu dan terlalu cepat.
Langkah Nabi Bersama Sahabatnya
Ketika Rasul Muhammad (damai besertanya) berjalan dengan para sahabatnya, ia akan berjalan di belakang mereka. Ini adalah karakteristik seorang penggembala yang bertanggung jawab terhadap kawanan dombanya. Ia tidak suka berjalan di depan mereka seperti raja dan sultan, yang diikuti oleh orang-orang dan berjalan di belakang seperti pelayan. Ini ditunjukkan oleh ucapan Nabi (damai besertanya): "Jangan berjalan di depanku." Oleh karena itu, para sahabat (semoga Allah meridhai mereka) akan berjalan di sebelah kanan, kiri, dan hanya di depannya.
Ia berjalan dengan para sahabatnya dengan cara ini karena beberapa alasan. Salah satu alasan adalah kerendahan hatinya yang total di hadapan Allah Yang Maha Tinggi. Alasan lainnya adalah bahwa para malaikat akan berjalan di belakangnya, seperti yang ia katakan, "Biarkan punggungku untuk para malaikat." Selain itu, dengan berjalan di belakang para sahabatnya, ia dapat mengamati keadaan dan gerakan mereka, mengajarkan, mendidik, mendisiplinkan, dan menasihati mereka sesuai dengan hukum dan ajaran Syariah.
Etika Berjalan dalam Islam
Ada banyak etika yang dianjurkan oleh Islam saat berjalan, termasuk:
- Memulai dan mengembalikan salam kepada semua orang: Dilaporkan oleh Abdullah ibn Amr (semoga Allah meridhainya) bahwa seorang lelaki bertanya kepada Nabi (damai besertanya): "Aspek mana dari Islam yang terbaik?" Ia menjawab: "Memberi makan orang lain dan menyebarkan salam kepada mereka yang kau kenal dan yang tidak kau kenal."
- Menghindari membuang kotoran dan sampah di jalan: Terutama benda-benda berbahaya seperti batu dan duri. Nabi (damai besertanya) bersabda, "Tidak boleh ada yang menyakiti atau membalas bahaya." Benda-benda tersebut dianjurkan untuk dihapus dari jalan.
- Berhati-hati dan menghindari bahaya: Seperti yang Allah katakan, "Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan." Penting untuk memperingatkan orang lain tentang bahaya, memberi sinyalnya, atau menghapusnya jika memungkinkan, sebagai bagian dari perintah untuk berbuat baik dan mencegah kejahatan, yang ditekankan oleh Nabi (damai besertanya) sebagai hak jalan.
- Menundukkan pandangan: Menjaga pandangan dari yang terlarang, sebagaimana diperintahkan dalam Al-Qur'an untuk laki-laki dan perempuan. Islam menganjurkan hal ini untuk mencegah penyalahgunaan penglihatan, yang dapat menyebabkan pelanggaran terhadap orang lain atau memfasilitasi perilaku yang tidak baik.
- Kerendahan hati dan kelembutan dalam berjalan: Menghindari kesombongan, sebagaimana Allah berfirman: "Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati." Mempertahankan kecepatan berjalan yang moderat juga dianjurkan, tidak terlalu lambat, yang dapat menunjukkan kesombongan, dan tidak terlalu cepat, yang mungkin mengorbankan martabat dan keseimbangan.
- Berjalan dengan kedua sepatu: Nabi (damai besertanya) menasihati agar tidak berjalan dengan satu sepatu, menyarankan agar seseorang mengenakan kedua sepatu atau melepas keduanya.