Karakteristik Nabi Muhammad
Karakteristik Moral Nabi Muhammad (saw)
Allah Yang Maha Kuasa bersaksi tentang kesempurnaan akhlak Nabi-Nya dan keagungan etika beliau, sebagaimana Dia berfirman: "Dan sungguh, engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung". Sifat ini membuat hati tertarik padanya dan meninggalkan semua ikatan kejahilan demi cintanya. Berikut adalah beberapa karakteristik moral Nabi Muhammad (saw):
Kejujuran
Kejujuran adalah salah satu karakteristik asli dari kepribadian Nabi Muhammad (saw). Beliau dikenal di Mekah sebelum Islam sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya; bahkan musuh-musuhnya mengakui sifat mulia ini. Mereka tidak pernah menuduhnya berbohong, karena mereka tahu bahwa beliau jujur dengan dirinya sendiri, Tuhannya, keluarganya, dan semua orang. Beliau menekankan kejujuran dalam ucapan, niat, dan tindakan kepada para pengikutnya dan menyarankan mereka untuk menghindari kebohongan, menjelaskan bahwa berbohong adalah sifat orang munafik. Beliau berkata: "(Tanda-tanda) seorang munafik ada tiga: ketika berbicara, dia berbohong; ketika berjanji, dia mengingkari; dan ketika dipercaya, dia mengkhianati".
Kerendahan Hati
Nabi Muhammad (saw) memberikan contoh terbaik tentang kerendahan hati. Beliau adalah pemimpin orang-orang yang rendah hati, merespons undangan kaum Muslimin tanpa memandang kekayaan atau status sosial mereka, baik mereka budak atau orang merdeka. Beliau menerima hadiah mereka dan membalas kebaikan mereka. Beliau duduk di tanah, di atas tikar, dan di atas karpet, dengan berkata, "Jangan berlebihan dalam memuji saya seperti orang Kristen memuji anak Maryam, karena saya hanya seorang hamba. Jadi, panggil saya hamba Allah dan Rasul-Nya". Kerendahan hatinya terlihat dalam pelayanan kepada keluarganya dan perlakuannya yang lembut kepada mereka. Aisyah, ibu orang-orang yang beriman, pernah ditanya tentang perilaku Nabi di rumah, dan dia berkata, "Beliau adalah manusia biasa di antara manusia. Beliau menambal sandalnya, memerah susu dombanya, dan melayani dirinya sendiri". Salah satu tanda paling jelas dari kerendahan hati beliau terhadap orang lemah dan miskin adalah kebiasaan beliau menyapa anak-anak kecil dengan damai, berbicara lembut kepada mereka, dan menyentuh mereka dengan kasih sayang.
Keberanian
Keberanian adalah karakter moral yang agung dari pria-pria kuat yang tidak mengenal rasa takut dan tidak menerima kegagalan dan penghinaan. Allah Yang Maha Kuasa mendorong hamba-hamba-Nya untuk mengadopsi sifat agung ini, karena mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. Nabi Muhammad (saw) adalah contoh yang harus diteladani dalam keberanian, keteguhan, dan posisi dalam riwayat hidupnya yang harum. Ketika orang-orang kafir Quraisy bersekongkol untuk membunuhnya, dan pasukan berkuda mereka, yang bersenjata lengkap, mengepung rumahnya, beliau tidak gemetar ketakutan, dan tidak berguncang ketakutan. Namun, beliau tetap teguh dalam keberanian sampai-sampai tidur di tempat tidurnya malam itu, lalu keluar di tengah malam dan mendorong dia dan putrinya.
Kasih Sayang
Nabi Muhammad (saw) adalah orang yang paling penyayang. Allah, Yang Maha Tinggi, berfirman: "Dan Kami tidak mengutusmu, [wahai Muhammad], melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam". Kasih sayang ini tertanam dalam hati Nabi Muhammad (saw). Ketika beliau diminta untuk mengutuk kaum musyrik, beliau berkata: "Aku tidak diutus untuk melaknat, melainkan aku diutus sebagai rahmat". Allah, Yang Maha Tinggi, menyapa Rasul-Nya (saw), dengan berkata: "Dan karena rahmat Allah, engkau bersikap lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekitarmu".
Beliau mendorong umatnya untuk mengadopsi sifat kasih sayang, dengan berkata: "Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Yang Maha Penyayang. Berbelas kasihlah kepada mereka yang ada di bumi, dan Yang di langit akan merahmati kalian". Ketika beliau mendengar seorang anak menangis selama shalat, beliau akan segera mempercepat shalat demi belas kasih kepada ibunya. Beliau akan menggendong cucunya ketika shalat, mengangkatnya saat berdiri dan meletakkannya saat sujud.
Selalu Ceria
Beliau selalu ceria, mudah bergaul, lembut, dan penuh harapan. Ketika beliau berbicara, para sahabatnya mendengarkan seolah-olah burung bertengger di kepala mereka. Ketika beliau diam, mereka berbicara. Beliau tidak pernah memotong pembicaraan siapa pun.
Keadilan
Beliau adalah teladan dalam keadilan, dan perbuatan, ucapan, serta seluruh hidupnya adalah penerapan praktis dari sifat moral yang agung ini. Beliau berkata: "Tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, dan salah satunya adalah pemimpin yang adil". Beliau memperingatkan umatnya tentang ketidakadilan dengan istilah yang paling tegas, dengan berkata: "Siapa pun yang membantu dalam penindasan, atau membantu penindas, dia akan terus berada dalam murka Allah sampai dia dicabut".
Salah satu insiden paling menonjol yang menunjukkan keadilannya adalah pelaksanaan hukum Allah, bahkan terhadap orang-orang terdekatnya. Diriwayatkan dari Nabi Muhammad (saw) dalam insiden seorang wanita dari Makhzum yang mencuri bahwa beliau berkata: "Demi Dia yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika Fatimah binti Muhammad mencuri, aku akan memotong tangannya". Selain keadilan beliau di antara istri-istrinya dan kesediaannya untuk menanggung apa yang mungkin menimpa beliau karena kecemburuan.
Pemaafan dan Pengampunan
Pemaafan adalah karakteristik yang jelas dari kepribadian beliau. Beliau selalu menunjukkan pengampunan, dan beliau berkata bahwa Islam tidak menyimpan kebencian terhadap siapa pun. Dan ketika kaum musyrik Mekah telah melakukan apa yang mereka lakukan, penganiayaan, pembunuhan, dan pengusiran kaum Muslim, namun beliau memilih sisi pemaafan dan pengampunan. Dan ketika hari penaklukan Mekah tiba, beliau - saw - sedang mempersiapkan diri menghadapi apa yang dilakukan oleh kaum musyrik Quraisy, penganiayaan, pembunuhan, dan pembantaian terhadap kaum beriman. Namun, beliau mengutamakan pengampunan dan memaafkan mereka semua.
Kedermawanan
Rasulullah - saw - adalah teladan dalam kedermawanan dan kebaikan. Beliau akan memberikan tanpa berpikir sejenak tentang kemiskinan atau kekurangan harta, karena beliau yakin bahwa rezeki ada di tangan Allah Yang Maha Kuasa, dan beliau memiliki keyakinan penuh pada karunia dan rahmat-Nya. Anas bin Malik (semoga Allah meridainya) menunjukkan hal ini ketika dia berkata: "Rasulullah (saw) tidak pernah diminta sesuatu pun demi Islam kecuali beliau memberikannya. Suatu kali, seorang pria datang kepadanya, dan beliau memberinya sekawanan domba yang berada di antara dua gunung. Pria itu kembali kepada kaumnya dan berkata, 'Wahai orang-orang, masuklah Islam, karena Muhammad memberikan hadiah tanpa takut miskin'".
Diriwayatkan juga bahwa seorang wanita pernah memberikan hadiah kepada Rasulullah (saw) berupa jubah tenunan. Beliau memakainya meskipun beliau membutuhkannya. Saat beliau duduk bersama para sahabatnya (semoga Allah meridhoi mereka), seorang dari mereka memperhatikan jubah itu dan berkata, "Wahai Rasulullah, betapa indahnya jubah ini! Izinkan aku memakainya". Nabi (saw) setuju. Setelah Nabi (saw) pergi, para sahabatnya mencela pria itu, dengan berkata, "Kamu tidak berbuat baik ketika melihat Nabi (saw) mengambilnya, membutuhkannya, dan kemudian memintanya, padahal kamu tahu bahwa beliau tidak menolak apa pun". Pria itu menjawab, "Aku hanya mencari keberkahannya karena Nabi (saw) memakainya. Aku berharap bisa dikafani dengannya"
Karakteristik Fisik Nabi Muhammad (saw)
Rasulullah - saw - adalah orang yang paling indah dan terbaik akhlaknya, sebagaimana yang ditegaskan oleh Bara'ah bin 'Azib (ra) yang berkata tentang beliau: "Aku belum pernah melihat sesuatu yang lebih indah daripada beliau". Para sahabatnya (ra) menggambarkan beliau dengan sangat rinci. Berikut ini adalah deskripsi fisik Nabi Muhammad:
Warna Kulit
Warna kulit Rasulullah - saw - cerah dengan sedikit kemerahan, seperti yang dijelaskan oleh Anas bin Malik (ra) yang berkata: "Beliau memiliki kulit yang bercahaya, tidak terlalu putih, tidak merah maupun gelap."
Ciri Wajah dan Rambut
Para sahabat (ra) menggambarkan wajah Nabi - saw - sebagai bersinar seperti bulan purnama dan yang paling indah di antara manusia. Abu Hurairah (ra) melaporkan: "Aku belum pernah melihat seseorang yang lebih indah daripada Rasulullah, seakan-akan matahari berjalan di wajahnya, dan aku juga belum pernah melihat seseorang yang lebih cepat berjalan daripada Rasulullah, seakan-akan bumi dilipat untuknya."
Diriwayatkan oleh Ka'b bin Malik (ra) bahwa ketika beliau memberi salam kepada Nabi (saw) dan melihat wajahnya bersinar dengan kegembiraan, dia berkata: "Ketika Nabi (saw) senang, wajahnya akan bersinar seperti potongan bulan, dan kami mengenali hal itu darinya."
Ciri fisik lainnya termasuk mulut yang lebar, mata yang besar, dan dahi yang lebar, seperti yang dijelaskan oleh Jabir bin Samurah (ra): "Rasulullah memiliki mulut yang lebar dan mata yang menonjol."
Beliau memiliki mata gelap dan bulu mata yang panjang, serta alis yang melengkung halus. Suaranya dalam, alisnya halus, dan janggutnya tebal, seperti yang digambarkan oleh Umm Ma'bad (ra): "Tampan, proporsional, dengan bulu mata panjang, hidung ramping, dan suara merdu."
Tinggi Badan
Nabi (saw) bertubuh sedang, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, seperti yang dijelaskan oleh Bara'ah bin 'Azib (ra): "Nabi (saw) bertubuh sedang, antara dua ekstrem, dengan rambut yang mencapai cuping telinganya. Aku melihatnya dalam pakaian merah, dan aku belum pernah melihat sesuatu yang lebih indah daripada beliau".
Rambut Nabi
Rambutnya sangat hitam, tidak keriting dan tidak lurus, mencapai cuping telinganya, seperti yang digambarkan oleh Anas bin Malik (ra): "Rambutnya tidak keriting dan tidak lurus."
Tanda Kenabian
Salah satu ciri khas Nabi (saw) adalah tanda di antara kedua pundaknya, menyerupai tahi lalat besar. Jabir bin Samurah (ra) melaporkan: "Aku melihat tanda kenabian di antara pundaknya, seperti telur merpati, menyerupai tubuhnya."
Aroma Tubuh
Beliau memiliki telapak tangan yang lembut dan aroma yang harum. Anas bin Malik (ra) berkata: "Rasulullah memiliki kulit yang bercahaya, keringatnya seperti mutiara. Ketika beliau berjalan, beliau berjalan cepat. Tidak ada sutra atau brokat yang lebih lembut daripada telapak tangan Rasulullah."
Deskripsi-deskripsi ini menyoroti keindahan fisik dan karakter mulia Nabi Muhammad (saw) sebagaimana didokumentasikan oleh para sahabatnya.
Eloquence of the Prophet
Salah satu aspek paling menonjol dari keindahan Rasulullah - semoga damai besertanya - adalah kefasihannya dalam berbicara, yang ditandai dengan kejelasan dan logika. Kefasihan dapat digambarkan sebagai kemampuan memilih kata-kata dengan bijak tanpa kepalsuan atau kekasaran, disertai dengan ketepatan pengucapan dan keindahan isi. Semua kualitas ini terwujud dalam diri Muhammad - semoga damai besertanya.
Kefasihannya berasal dari latar belakang Badui yang murni di suku Quraisy. Riwayat sepakat bahwa ucapannya sempurna, bebas dari cacat dalam pengucapan dan artikulasi. Dia bisa menempatkan kata-kata di posisi yang paling efektif, menunjukkan ucapan dan penalaran yang sempurna.
Adapun isi ucapannya, itu adalah wahyu ilahi dari Allah Yang Maha Kuasa, yang menggenapi ayat Al-Qur'an: "Dan dia tidak berbicara dari hawa nafsunya. Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan." (Al-Qur'an, 53:3-4)
Logika kuat dalam kata-katanya memiliki dampak mendalam pada para pendengarnya, memikat telinga mereka, membuka pikiran mereka, dan menyentuh hati mereka. Ibn al-Qayyim, semoga Allah merahmatinya, berkata: "Ucapannya mampu memikat hati dan menarik jiwa. Bahkan para lawannya mengakui hal ini. Ketika dia berbicara, dia melakukannya dengan kata-kata yang terperinci, jelas, berbeda dari ucapan orang lain yang tergesa-gesa, lupa, atau tidak teratur, diselingi dengan jeda pada tempat yang tepat. Petunjuknya dalam berbicara adalah yang paling sempurna".
Dengan demikian, Nabi Muhammad (damai besertanya) menunjukkan kefasihan linguistik dan petunjuk ilahi yang bergema dalam-dalam pada mereka yang mendengarnya, melampaui sekadar kata-kata untuk mempengaruhi hati dan pikiran secara mendalam.