Abdullah bin Jubayr

-
Garis Keturunan dan Masuk Islamnya Abdullah bin Jubayr
-
Karakter dan Kedudukan Abdullah bin Jubayr
-
Perang Uhud: Lembaran Keberanian dan Pengorbanan
-
Titik Balik Pertempuran
-
Kesyahidan Abdullah bin Jubayr
-
Pelajaran dari Kehidupan Abdullah bin Jubayr
-
Kedudukannya di Antara Para Syuhada
-
Penutup
Dalam lembaran sejarah Islam, nama-nama para lelaki agung bersinar terang, lelaki yang mengabdikan hidup mereka untuk Allah dan menulis kisah-kisah kepahlawanan, pengorbanan, dan pengabdian yang luar biasa. Di antara tokoh-tokoh mulia itu terdapat nama Abdullah bin Jubayr al-Ansari (RA), salah satu syuhada dalam Perang Uhud, komandan pasukan pemanah, yang tetap teguh dalam tugasnya hingga ia menemui Tuhannya sebagai syahid.
Garis Keturunan dan Masuk Islamnya Abdullah bin Jubayr
Abdullah bin Jubayr bin al-Nu’man al-Ansari berasal dari suku Banu ‘Amr bin ‘Awf, bagian dari kabilah Khazraj, salah satu suku utama kaum Anshar di Madinah. Ia termasuk golongan awal yang memeluk Islam dan menyaksikan Bai’at Aqabah Kedua. Ia turut serta dalam seluruh peperangan besar bersama Nabi ﷺ setelah hijrah hingga akhirnya gugur sebagai syahid dalam Perang Uhud.
Karakter dan Kedudukan Abdullah bin Jubayr
Abdullah bin Jubayr adalah seorang pemuda yang pemberani dan setia, dikenal karena ketulusan, komitmen, dan kedisiplinannya. Sifat-sifat ini membuatnya dipercaya oleh Nabi ﷺ. Kepercayaan ini terlihat jelas ketika Nabi ﷺ menunjuknya sebagai pemimpin pasukan pemanah dalam Perang Uhud, meskipun ada banyak sahabat yang lebih senior. Penunjukan ini menunjukkan tingginya kedudukan Abdullah di mata kaum Muslimin dan kepercayaan besar Nabi kepadanya.
Perang Uhud: Lembaran Keberanian dan Pengorbanan
Perang Uhud, yang terjadi pada tahun ketiga Hijriyah, merupakan salah satu pertempuran paling menentukan dan sengit dalam sejarah Islam. Kaum Muslimin keluar untuk membela Madinah setelah pasukan Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan datang untuk membalas kekalahan mereka dalam Perang Badar.
Abdullah bin Jubayr memainkan peran penting dalam pertempuran ini. Nabi ﷺ menunjuknya sebagai komandan lima puluh pemanah, dan memerintahkan mereka untuk bertahan di atas Bukit Rumāh (sekarang dikenal sebagai Jabal ‘Aynayn), guna melindungi sisi belakang pasukan Muslim dan mencegah serangan dari arah belakang.
Nabi ﷺ memberikan instruksi yang sangat jelas:
“Meskipun kalian melihat kami dimakan burung-burung, jangan tinggalkan posisi kalian sampai aku memerintahkan.”
Ini adalah perintah militer yang sangat strategis, menunjukkan kecerdasan Nabi dalam peperangan dan tanggung jawab besar yang diemban oleh Abdullah bin Jubayr.
Titik Balik Pertempuran
Pada awal pertempuran, kaum Muslimin berhasil menang, dan pasukan Quraisy mulai mundur. Para pemanah mengira peperangan telah usai, maka mayoritas dari mereka meninggalkan posisi mereka di bukit untuk mengambil harta rampasan, meskipun Abdullah bin Jubayr dengan tegas memerintahkan mereka untuk tetap bertahan.
Ia memperingatkan mereka:
“Bertakwalah kepada Allah dan jangan durhakai Rasulullah!”
Namun, mayoritas tidak mengindahkan peringatannya. Hanya sekitar sepuluh orang pemanah yang tetap bersamanya. Abdullah bin Jubayr tetap teguh, mempertahankan posisinya sebagaimana yang telah diperintahkan kepadanya.
Kesalahan ini dimanfaatkan oleh Khalid bin al-Walid, yang saat itu belum memeluk Islam. Ia memimpin pasukan kavaleri Quraisy memutari bukit dan melancarkan serangan mendadak dari belakang. Kacau balau pun terjadi di barisan kaum Muslimin, dan mereka mengalami kerugian besar.
Kesyahidan Abdullah bin Jubayr
Meskipun jumlah pasukan musuh jauh lebih besar, Abdullah bin Jubayr tidak mundur. Ia bertempur dengan gagah berani bersama pemanah yang tersisa, mempertahankan posisi mereka dengan seluruh kekuatan. Mereka bertahan hingga akhirnya semuanya gugur syahid di tempat mereka berdiri, termasuk komandan mereka.
Seorang sejarawan menulis:
“Ia tetap berada di posisinya hingga terbunuh, melindungi kaum Muslimin dengan darahnya.”
Kematian beliau menjadi simbol kepahlawanan, keimanan, dan kesetiaan terhadap Nabi ﷺ. Ia termasuk salah satu syuhada paling mulia dalam Perang Uhud.
Pelajaran dari Kehidupan Abdullah bin Jubayr
Kisah Abdullah bin Jubayr bukanlah sekadar bagian dari satu pertempuran. Ia adalah contoh nyata dari keteguhan, ketaatan, dan kesetiaan. Beberapa pelajaran penting dari kisah hidupnya:
- Ketaatan penuh kepada pemimpin: Ia tidak bertindak semaunya, tapi tetap loyal pada perintah Nabi meskipun situasi berubah.
- Kokoh dalam kesulitan: Ia tidak tergoda oleh rampasan perang ataupun tekanan teman-temannya. Ia bertahan dengan segelintir orang hingga akhir.
- Tanggung jawab dan integritas: Ia diberikan tugas, dan menunaikannya dengan keberanian dan keikhlasan.
- Akibat dari ketidaktaatan: Keputusan mayoritas pemanah untuk meninggalkan pos menjadi penyebab kekalahan yang menyakitkan bagi kaum Muslimin.
Kedudukannya di Antara Para Syuhada
Abdullah bin Jubayr gugur dalam usia muda, namun namanya tetap hidup di antara para pahlawan Islam. Ia meraih kemuliaan sebagai syahid, pangkat tertinggi dalam jalan Allah. Allah menyebut orang-orang seperti dia dalam Al-Qur’an:
"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Maka di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu, dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya)".
(Surah Al-Ahzab, 33:23)
Penutup
Berbicara tentang sahabat Abdullah bin Jubayr (RA) adalah berbicara tentang kesetiaan, ketaatan, dan keberanian. Ia dipilih oleh Nabi ﷺ karena suatu alasan, dan ia membuktikan bahwa ia pantas mendapat kepercayaan itu. Ia meninggalkan kita pelajaran abadi bahwa kemenangan bukanlah karena jumlah, melainkan karena iman, disiplin, dan ketaatan mutlak kepada Allah dan Rasul-Nya.
Maka, berbahagialah Abdullah bin Jubayr, dan berbahagialah siapa pun yang mengikuti jejaknya, tetap teguh di atas kebenaran walau seluruh dunia berpaling.