Harith bin Umair Al-Azdi

Harith bin Umair Al-Azdi adalah salah satu sahabat mulia Nabi Muhammad ﷺ yang namanya diabadikan dalam sejarah Islam karena keberanian dan pengorbanannya dalam menyebarkan Islam.
Ia adalah satu-satunya utusan Nabi yang gugur saat menjalankan misinya, sebuah peristiwa yang menyebabkan salah satu pertempuran terbesar antara kaum Muslimin dan pasukan Bizantium, yaitu Perang Mu’tah. Artikel ini akan membahas biografi, misi, kesyahidan, serta dampak dari peristiwa ini.
Keturunan dan Kehidupan Awal
Harith bin Umair berasal dari suku Azd, salah satu suku Arab terkemuka yang berkontribusi besar dalam sejarah Islam. Tidak banyak informasi yang tercatat tentang kehidupannya sebelum Islam, tetapi ia termasuk dalam golongan awal yang masuk Islam dan berbaiat kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Perannya dalam Penyebaran Islam
Setelah negara Islam berdiri di Madinah, Nabi Muhammad ﷺ mulai mengirim surat kepada para raja dan penguasa, mengundang mereka untuk memeluk Islam. Untuk misi mulia ini, Nabi memilih para sahabat terbaik yang dikenal dengan kebijaksanaan dan kesetiaan mereka. Harith bin Umair Al-Azdi adalah salah satu dari mereka yang dipercaya untuk menyampaikan risalah Islam.
Pada tahun ke-8 Hijriah, Nabi Muhammad ﷺ mengutus Harith bin Umair kepada penguasa Busra, sebuah kota penting di wilayah Syam (sekarang Suriah dan Yordania), dengan membawa surat ajakan masuk Islam. Perjalanan ini merupakan bagian dari strategi Nabi untuk menyebarkan Islam ke luar Semenanjung Arab.
Pengkhianatan dan Kesyahidannya
Sebelum mencapai tujuannya, Sharhabeel bin Amr Al-Ghassani, seorang gubernur di bawah Kekaisaran Bizantium yang menguasai wilayah Syam, menghadangnya.
Setelah mengetahui bahwa Harith bin Umair adalah utusan Nabi Muhammad ﷺ, Sharhabeel melanggar semua norma internasional dan adat diplomasi yang dengan tegas melarang penyerangan terhadap utusan resmi. Namun, dengan kejam, ia memerintahkan agar Harith bin Umair dibunuh secara brutal.
Dengan demikian, Harith bin Umair Al-Azdi menjadi satu-satunya utusan Nabi Muhammad ﷺ yang gugur saat menjalankan tugas resmi, suatu tindakan yang dianggap sebagai penghinaan besar dan provokasi langsung terhadap negara Islam yang sedang berkembang.
Reaksi Nabi Muhammad ﷺ
Ketika kabar kesyahidan Harith bin Umair sampai kepada Nabi Muhammad ﷺ, beliau sangat sedih dan marah atas tindakan pengkhianatan ini. Nabi segera memutuskan untuk merespons dengan mengirimkan ekspedisi militer, yang kemudian dikenal sebagai Perang Mu’tah, pertempuran pertama antara kaum Muslimin dan pasukan Bizantium.
Dampak Kesyahidan Harith bin Umair
- Terjadinya Perang Mu’tah: Pembunuhannya menjadi pemicu langsung pertempuran besar ini, yang merupakan bentrokan pertama antara kaum Muslimin dan pasukan Bizantium.
- Memperkuat Kedudukan Negara Islam: Meskipun berhadapan dengan pasukan yang jauh lebih besar, kaum Muslimin menunjukkan keberanian dan ketangguhan mereka, yang meningkatkan reputasi mereka.
- Pembuka Jalan bagi Penaklukan Syam: Perang ini menjadi pendahulu dari ekspansi Islam selanjutnya, yang akhirnya mengantarkan kaum Muslimin menaklukkan wilayah Syam dan menggulingkan kekuasaan Bizantium di sana.
Harith bin Umair Al-Azdi tetap menjadi simbol pengorbanan dan keteguhan dalam sejarah Islam. Ia mengorbankan nyawanya demi menyampaikan risalah Islam, dan kesyahidannya menjadi pemicu salah satu pertempuran paling penting dalam sejarah Islam. Kematian beliau tidak sia-sia; justru, peristiwa ini membuka jalan bagi dominasi Islam di wilayah Syam.