Perang Bani Lahyan
Setelah kekalahan pihak-pihak dalam Perang Khandaq dan keraguan suku-suku Arab menghadapi kekuatan umat Islam yang semakin meningkat serta pergeseran keseimbangan kekuasaan yang menguntungkan umat Islam, umat Islam memiliki kemampuan untuk memulai serangan terhadap musuh mereka di wilayah mereka sendiri. Oleh karena itu, Rasulullah, صلى الله عليه وسلم, berusaha untuk memperluas pengaruh negara Islam yang menjanjikan di Jazirah Arab dengan menundukkan suku-suku Arab yang menentang umat Islam.
Beliau bertekad untuk bergerak menuju Bani Lahyan, sebuah cabang dari suku Adnan yang telah berhijrah dari Mekkah dan menetap di Jazirah Arab bagian utara, khususnya di wilayah Al-Ula di Arab Saudi saat ini. Contoh ini menerangi peristiwa Perang Bani Lahyan.
Penyebab Perang Bani Lahyan
Penyebab utama keberangkatan Nabi Muhammad, صلى الله عليه وسلم, dari Madinah dengan pasukannya menuju tanah Bani Lahyan adalah pembunuhan yang penuh pengkhianatan terhadap sepuluh sahabat Nabi, رضي الله عنهم, di sumur Raji', dekat sumur Dhuzail, dekat Mekkah. Mereka sedang dalam misi pengintaian di daerah tersebut di bawah bimbingan Nabi, صلى الله عليه وسلم. Namun, mereka dibunuh setelah diberikan jaminan keamanan oleh orang-orang Bani Lahyan, yang mengepung mereka. Aasim ibn Thabit, Khalid ibn Al-Bukair, dan lainnya menolak untuk menyerah dan bertempur sampai mereka terbunuh.
Sementara itu, Khubayb ibn Adi dan Zaid ibn Ad-Dathinah menyerah, berharap akan pemenuhan janji-janji dari orang-orang tersebut. Namun, mereka melanggar janji mereka dan menjual Khubayb dan Zaid kepada Quraisy, yang membunuh mereka sebagai pembalasan atas kematian teman-teman mereka yang musyrik. Abdullah ibn At-Tarik juga terbunuh dalam perjalanan saat mencoba melarikan diri. Peristiwa ini terjadi pada bulan Safar, tahun keempat Hijrah.
Tujuan Perang Bani Lahyan
Nabi Muhammad, صلى الله عليه وسلم, melancarkan perang melawan Bani Lahyan, dan dalam perang ini, beberapa tujuan saling bertemu. Dengan kebijaksanaannya, Nabi, صلى الله عليه وسلم, bertujuan untuk menyampaikan tujuan-tujuan ini kepada musuh-musuhnya di Jazirah Arab, termasuk kaum musyrik, Yahudi, dan orang-orang munafik di dalam dan di luar kota. Beliau ingin menunjukkan kemampuan militer umat Islam dan kesiapan mereka untuk menyerang, bukan sekadar mempertahankan diri dari agresi.
Selain itu, beliau ingin membalas dendam atas syuhada sumur Raji' yang terbunuh akibat pengkhianatan Bani Lahyan, meskipun mereka telah diberikan jaminan dan perjanjian keamanan. Perang ini dimaksudkan untuk mengirimkan pesan kuat kepada siapa saja yang berpikir untuk menyerang seorang Muslim.
Kapan Perang Bani Lahyan Terjadi
Nabi Muhammad, صلى الله عليه وسلم, berangkat dengan pasukannya yang terdiri dari dua ratus pejuang menuju Bani Lahyan pada bulan Rabi' al-Awwal. Beberapa sumber menyebutkan bahwa kemungkinan peristiwa ini terjadi pada bulan Jumada al-Awwal, tahun keenam Hijrah.
Peristiwa Perang Bani Lahyan
Nabi Muhammad, صلى الله عليه وسلم, meninggalkan kota Madinah setelah Ibn Umm Maktum mengambil tanggung jawab atasnya, dengan pasukan yang terdiri dari dua ratus pejuang, termasuk dua puluh penunggang kuda. Mereka menuju tanah Bani Lahyan, yang jaraknya sekitar dua ratus mil dari Madinah.
Nabi, صلى الله عليه وسلم, menerapkan strategi tipu daya untuk menyembunyikan tujuan sebenarnya dari mereka yang mungkin memata-matai umat Islam dan menyampaikan informasi kepada kaum musyrikin. Beliau berpura-pura menuju utara untuk berperang di wilayah Suriah Raya. Sementara itu, Bani Lahyan, sebuah suku dari garis keturunan Adnan, tinggal di wilayah selatan.
Nabi, صلى الله عليه وسلم, memimpin pasukannya menuju utara sampai mereka mencapai daerah yang dikenal sebagai Al-Batrah. Kemudian, beliau berbelok ke selatan menuju Bani Lahyan. Ketika pasukan Muslim tiba di lembah Ghurran, dekat pemukiman Bani Lahyan, terjadi tindakan pengkhianatan. Sepuluh sahabat Nabi dibunuh dan dikhianati di sana. Nabi tinggal di tempat tersebut selama dua hari dan mendoakan para syuhada, meminta rahmat dan ampunan.
Nabi, صلى الله عليه وسلم, mengirim pesan kepada para sahabatnya untuk memberi tahu mereka tentang gerakan umat Islam. Bani Lahyan mengetahui keberangkatan Nabi dengan pasukannya menuju mereka.
Hasil dari Perang Bani Lahyan
Setelah mendengar kabar kedatangan Nabi Muhammad, صلى الله عليه وسلم, dan para sahabatnya untuk berperang, orang-orang Bani Lahyan melarikan diri ke puncak gunung. Ketika umat Islam tiba di tanah mereka, mereka menemukan tempat tersebut kosong, tanpa pejuang yang terlihat. Nabi, صلى الله عليه وسلم, mengirimkan pasukan pengintai untuk melacak mereka selama dua hari, tetapi tidak ada jejak mereka karena posisi mereka di gunung-gunung tinggi.
Nabi, صلى الله عليه وسلم, dan para sahabatnya kemudian tinggal di rumah dan pemukiman Bani Lahyan selama dua hari untuk menimbulkan rasa takut dan kepanikan di hati mereka. Ini juga untuk menunjukkan kekuatan umat Islam dan kemampuan militer mereka, yang akan tersebar di antara suku-suku Arab. Selain itu, Nabi, صلى الله عليه وسلم, mengirim Abu Bakr As-Siddiq, رضي الله عنه, dengan sepuluh penunggang kuda menuju Mekkah untuk menakut-nakuti Quraisy. Mereka mencapai daerah Kura' Al-Ghamim, sebuah lembah dekat Mekkah, dan ini menimbulkan rasa takut di hati orang-orang Mekkah, yang berpikir bahwa Nabi, صلى الله عليه وسلم, berniat untuk menyerang Mekkah dan menghapus mereka serta penyembahan mereka. Setelah mencapai tujuan yang diinginkan, Abu Bakr As-Siddiq, رضي الله عنه, kembali kepada Nabi, dan Nabi, صلى الله عليه وسلم, kembali ke Madinah, mengucapkan doa perjalanan: "Kami kembali, bertobat, menyembah Tuhan kami, memujinya."
Ketidakhadiran Nabi dan pasukannya dari Madinah berlangsung selama empat belas malam.
Salah satu hasil moral yang signifikan dari perang ini adalah demonstrasi kesetiaan Nabi, صلى الله عليه وسلم, kepada para sahabatnya, membalas dendam atas kematian mereka dua tahun setelah insiden Raji'. Selain itu, ini mengungkapkan kesetiaan para sahabat satu sama lain saat mereka menanggung kesulitan perjalanan panjang, terutama mengingat kekurangan tunggangan untuk membawa mereka.